A. Ilmu Kimia dan Peranannya
Ilmu kimia adalah cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur dan sifat materi (zat), perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi.
Ilmu kimia merupakan pusat dari ilmu pengetahuan, karena ilmu kimia dibutuhkan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya, misalnya biologi, fisika, geografi, kesehatan, kedokteran, geologi, dan bahkan bidang hukum juga membutuhkan ilmu kimia.
Berikut ini contoh peranan ilmu kimia terhadap bidang ilmu lain:
1. Kesehatan dan Kedokteran
- Pembuatan
obat-obatan
- Pembuatan
vaksin
- Pembuatan
cairan infus
- Alat
Rontgen
- Sterilisasi
alat-alat kedokteran
2. Teknologi Pangan dan Pertanian
- Pembuatan
pupuk
- Pembutan
bibit unggul
- Pembuatan
pestisida
- Penentuan
tingkat keasaman tanah
- Penggunaan
mikroorganisme/bakteri pada pengolahan makanan, misalnya pada pembuatan
kecap, tempe, roti, yoghurt
- Penggunaan
zat aditif makanan misalnya pengawet, pewarna, penguat rasa
3. Energi dan Lingkungan
- Pengolahan
minyak bumi
- Pembangkit
listrik tenaga nuklir
- Pembuatan
sel surya
- Pembuatan
baterai
- Pengolahan
limbah pabrik
4. Geologi
- Penentuan
usia fossil
5. Hukum
- Tes DNA
pelaku kejahatan
- Uji
forensik
B. Metode Ilmiah
Semua ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam dikembangankan melalui prosedur atau langkah-langkah sistematis yang disebut dengan metode ilmiah.
Langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah:
Semua ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam dikembangankan melalui prosedur atau langkah-langkah sistematis yang disebut dengan metode ilmiah.
Langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah:
- Melakukan
identifikasi masalah
- Mengumpulkan
data dalam cakupan masalah
- Memilah
data untuk mencari korelasi, hubungan yang bermakna dan keteraturan
- Merumuskan
hipotesis (suatu generalisasi) yang merupakan tebakan ilmiah yang
menjelaskan data data yang ada dan menyarankan langkah langkah berikutnya
yang harus dilakukan untuk penelitian yang lebih lanjut
- Menguji
hipotesis secara setepat mungkin dengan cara mengumpulkan data data baru
- Melakukan
konfirmasi, modifikasi ataupun menolak hipotesis apabila memperoleh temuan
temuan baru.
C. Materi dan Klasifikasinya
Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Materi ada yang bisa dilihat dan diraba, namun ada juga yang tidak telihat namun bisa dirasakan misalnya udara. Cahaya tidak termasuk materi karena tidak mempunyai dan tidak menempati ruang.
1. Campuran, Senyawa, dan Unsur
Materi, benda, atau bahan yang ada dia alam biasanya berupa campuran. Secara alamiah tidak ada materi yang benar-benar murni.
Campuran adalah gabungan dua zat atau lebih yang sifat-sifat zat penyusunnya tidak berubah. Misalnya, campuran antara gula dan air di mana sifat manis dan gula masih terasa.
Campuran terbagi menjadi dua macam yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.
Unsur adalah zat tunggal yang paling sederhana, sedangkan senyawa adalah zat tunggal yang terbentuk dari dua unsur atau lebih melalui reaksi kimia dengan perbandingan tetap.
2. Partikel-partikel Senyawa
Seandainya sebatang logam emas dipotong-dipotong sampai bagian terkecil yang tidak dapat dipotong lagi dan masih mempunyai sifat emas, maka bagian tersebut disebut atom. Sedangkan jika gula dilarutkan ke dalam air, maka gula akan tersebar merata dalam bentuk partikel-partikel kecil yang tidak terlihat oleh mata, namun sifat gula tidak hilang. Butiran terkecil dari gula yang masih memiliki sifat sama dengan gula disebut sebagai molekul gula.
3. Atom, Molekul, dan Ion
a. Atom
Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat-sifat yang sama dengan unsur tersebut. Jika sebatang besi dibagi dua maka tiap potongan masih memiliki sifat-sifat besi, bila potongan tersebut dibagi dan dibagi lagi, maka pada akhirnya diperoleh partikel terkecil yang masih memiliki sifat-sifat besi. Partikel terkecil itulah yang disebut dengan atom, atom besi. Sampai dengan abad 19, atom diyakini sebagai partikel terkecil yang sudah tidak dapat dibagi lagi (a = tidak, tomos = terbagi). Akan tetapi, sejak penghujung abad 19 diketahui bahwa atom terbagi lagi menjadi partikel subatom, yaitu proton, elektron dan neutron. Akan tetap, jika atom tersebut diuraikan kembali menjadi partikel subatomnya, maka sifat unsurnya akan hilang. Oleh karena itulah atom didefinisikan sebagai partikel terkecil dari unsur yang memiliki sifat unsur tersebut.
b. Molekul
Dua atau lebih atom yang sama atau berbeda dapat bergabung membentuk molekul. Teori atom Dalton menyatakan bahwa senyawa terdiri atas dua jenis atom atau lebih. Bagian terkecil dari suatu senyawa yang bersifat netral disebut molekul. Jadi molekul adalah spesi (butiran) netral yang terdiri atas dua jenis atau lebih atom.
Unsur-unsur yang berbentuk molekul antara lain hidrogen, nitrogen, oksigen, klorin, bromin, iodin, fosfor, dan belerang. Unsur-unsur logam, dan unsur-unsur gas mulia (helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon) terdiri atas atom-atom. Boron, karbon, dan silikon yang sebenarnya membentuk molekul-molekul raksasa (jumlah atom dalam satu molekul tidak terbatas) dianggap terdiri atas atom-atom.
c. Ion
Ion dapat berupa atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik. Tidak semua senyawa terdiri atas molekul, tetap banyak juga yang terdiri atas ion-ion. Ion merupakan atom atau gugus atom yang memiliki muatan listrik. Senyawa yang terdiri ats ion-ion disebut senyawa ion, sedangkan senyawa terdiri atas molekul disebut senyawa molekul. Suatu senyawa ion terdiri atas suatu ion positif (kation) dan suatu ion negatif (anion).
Beberapa contoh dari senyawa ion seperti :
- Natrium
klorida (NaCl), yang terdiri atas ion natrium positif (Na+) dan ion
klorida negatif (Cl-)
- Natrium
hidroksida (NaOH), yang terdiri atas ion natrium positif (Na+) dan ion
hidroksida negatif (OH-)
D. Bekerja di Laboratorium
Laboratorium adalah tempat bagi praktikan melakukan percobaan. Praktikan
adalah orang yang melakukan percobaan atau praktikum. Bekerja di laboratorium
harus mengikuti aturan-aturan atau prosedur yang benar, karena jika tidak
dilakukan dengan prosedur yang benar maka akan diperoleh data yang tidak sesuai
dan bahkan bisa membahayakan keselamatan.
Alat-alat gelas yang terdapat di laboratorium kimia berdasarkan fungsinya secara umum dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu alat tampung, alat ukur dan alat pendukung. Alat ukur adalah alat yang berfungsi untuk menentukan jumlah zat cair secara tepat. Alat tampung adalah alat gelas yang fungsi utamanya adalah menampung zat kimia, bukan mengukur kuantitas zat.
Alat-alat gelas yang terdapat di laboratorium kimia berdasarkan fungsinya secara umum dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu alat tampung, alat ukur dan alat pendukung. Alat ukur adalah alat yang berfungsi untuk menentukan jumlah zat cair secara tepat. Alat tampung adalah alat gelas yang fungsi utamanya adalah menampung zat kimia, bukan mengukur kuantitas zat.
1 Labu Ukur
Menampung dan mencampur larutan kimia.
2 Tabung Reaksi
Menampung larutan dalam jumlah yang sedikit
3. Beker Gelas
Menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang
banyak
4 Gelas Ukur
Mengukur volume larutan
5 Pipet Ukur
Mengukur volume larutan
6 Penjepit Tabung Reaksi
Menjepit tabung reaksi selama melakukan proses
pemanasan
7 Pipet Tetes
Memindahkan beberapa tetes zat cair
8 Mortar dan Alu
Menggerus dan menghaluskan suatu zat
9 Botol Semprot
menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau
membilas alat-alat dan bahan
10 Cawan Porselin
Wadah untuk mereaksikan atau mengubah suatu zat pada
suhu tinggi
11 Kawat Nikrom
Mengidentifikasi suatu zat dengan cara uji nyala
12 Erlenmeyer
Menyimpan dan memanaskan larutan dan menampung filtrate
hasil penyaringan.
13 Pembakar Spirtus
Membakar zat atau memanaskan larutan
14 Batang Pengaduk
Mengaduk larutan
15 Kaca Arloji
Penutup gelas kimia , tempat menimbang bahan
16 Klem Buret
Memegang buret yang digunakan untuk titrasi
17 Statif
Menegakkkan corong, buret
18 Kertas saring
Menyaring larutan
19 Rak Tabung Reaksi
Tempat tabung reaksi
20 Bola Hisap
Menghisap larutan yang akan diukur
21 Corong
Menyaring cairan kimia
22 Kawat kasa
Sebagai alas penyebaran panas
23 Buret
Mengeluarkan larutan dengan volume tertentu
24 Pipet gondok
Dipakai untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
25 Plat Tetes
Tempat untuk mereaksikan zat dalam jumlah kecil
26 Lemari Asam
Menyimpan larutan yang bersifat asam
27 Oven
Mengeringkan peralatan yang akan digunakan
28 Neraca
Mengukur jumlah zat yang diperlukan
29 Bunsen
Keperluan penggunaan api
30 Kertas indikator
Menentukan pH larutan
31 Centrifuge
Memisahkan dan mengendapkan padatan dari larutan
32 Eksikator
Mendinginkan zat
33 Corong Pisah
Memisahkan larutan dan gas
34 Mikropipet
Memindahkan cairan dengan volume yang sangat kecil
Selain alat-alat kimia, di laboratorium juga terdapat bahan-bahan kimia
yang berupa zat padat, cair, atau larutan. Zat-zat tersebut ditempatkan dan disimpan
dalam wadah khusus dan harus diperlakukan dengan cara yang khusus pula.
Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.
Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu
Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api
Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
3. Flammable (mudah terbakar)
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’.
Bahaya : mudah terbakar
Meliputi :
zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan : hindari campuran dengan udara.
gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.
Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C. contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.
4. Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya toxic dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, terteln atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
5. Harmful irritant (bahaya, iritasi)
Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
Contoh : ammonia dan benzyl klorida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.
6. Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
Contoh : klor, belerang dioksida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata
7. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi.
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan
Untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berada dalam laboratorium, yakni
- Jagalah
agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata dan pakaian.
- Hindarilah
dari menghirup uap atau debu. Untuk mencium gas kibaskan gas menggunakan
tangan sampai bau tercium.
- Jangan
mencicipi atau membawa makanan atau minuman dalam laboratorium.
- Berhati-hatilah
bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil
(mudah menguap) dan mudah terbakar.
- Menggunakan
kacamata pengaman atau gunakan penutup yang lebih besar untuk menutupi
seluruh wajah.
- Bagi
yang menggunakan lensa kontak berhati-hati agar tidak ada bahan kimia yang
masuk ke mata. Zat-zat yang bersifat korosif atau beracun dapat masuk
dengan cepat ke bagian belakang lensa kontak, sehingga tidak mungkin dapat
dicuci.
- Menggunakan
sarung tangan bila diperlukan. Namun perlu diingat kerja menggunakan
sarung tangan akan sedikit menghambat pekerjaan terutama dalam merangkai
alat.
- Selama
bekerja dilaboratorium harus menggunakan baju laboratorium dan harus
dikancingkan dengan baik untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi
pada baju yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci
secara teratur dan berhati bila telah terkontaminasi.
- Jangan
memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat wajah dan
tubuh sendiri ataupun orang lain.
- Jangan
mengambil larutan menggunakan mulut, selalu gunakan filer pipet.
- Berhati-hati
terhadap asam dan basa kuat khusunya bila dipanaskan dan jangan pernah
menambah air ke asam atau basa pekat.
- Bahan-bahan
yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di lemari asam dan
menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain
adalah halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam
nitrat berasap, larutan amonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida.
- Bahan-bahan
kimia yang telah di ambil tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok dan
jangan membuang pelarut ke wadah yang telah disediakan terutama
bahan-bahan organik. Untuk bahan-bahan yang lain dibuang sesuai petunjuk
pembimbing.
- Jangan
pernah memanaskan cairan organik meskipun sedikit atau dekat api. Selalu
gunakan penangas air atau penangas minyak atau mantel pemanas listrik.
Bila bekerja dengan eter, petroleum eter dan karbon disulfida diperlukan
perhatian khusus karena bersifat volatil dan mempunyai titik nyala yang
rendah, sehingga harus dipastikan tidak ada nyala api atau sumber api.
- Jangan
memanaskan cairan atau larutan terutama cairan organik ditempat yang
terbuka. Jika ingin dipanaskan harus menggunakan kondensor yang dapat
disusun sebagai refluks atau destilasi. Untuk semua cairan organik jangan
pernah menguapkan ke udara.
- Jangan
pernah memanaskan sistem tertutup karena dapat terjadi ledakan.
- Beberapa
pelarut misalnya eter dan hidrokarbon dapat membentuk peroksida yang
eksplosif secara spontan waktu disimpan. Destilasi pelarut yang mengandung
peroksida sangat berbahaya, sebab residu peroksida dapat meledak dengan
hebat bila dipanaskan. Oleh karena itu pelarut seperti ini tidak boleh
diuapkan atau didestilasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar